SUMEDANG | ONEDIGINEWS.COM – Dalam gelaran wayang golek di Lapangan Pusat Pemerintahan Sumedang, Jumat malam (26/4), Kang Dedi Mulyadi (KDM) menyampaikan serangkaian pesan penting seputar kepemimpinan, pelestarian lingkungan, serta nilai-nilai budaya Sunda.
Bersama Dalang Yogaswara Sunandar Sunarya, komedian Ohang, Ade Batak, dan Mang Radja, KDM tak sekadar menghibur. Ia memanfaatkan momen ini untuk menyelipkan pesan-pesan serius yang relevan dengan kondisi sosial dan lingkungan saat ini.
Dalam kesempatan itu, KDM menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki “leber wawanén”, yakni keberanian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh tekanan.
“Pamingpin téh kudu leber wawanén. Ulah gampang kabawa ku rayuan atawa tekanan. Kudu jujur, tegas, sarta daék nangtayungan rahayat jeung alam,” ujar KDM.
Sikap tegas itu, menurut KDM, perlu diwujudkan dalam menindak praktik-praktik ilegal seperti tambang galian liar dan pengelolaan alam yang sembrono. Pemerintah, kata dia, tak boleh ragu bertindak terhadap aktivitas yang mengancam kelestarian lingkungan.
Tak hanya soal lingkungan, KDM juga menyoroti dunia pendidikan. Ia mengkritisi kebijakan sekolah yang membebani orang tua, menyerukan agar pendidikan lebih menitikberatkan pada nilai kebersamaan dan kesederhanaan.
“Pendidikan teu kudu mahal jeung mewah. Anu penting mah eusi jeung nilaina,” katanya.
Dalam nada prihatin, Dedi mengungkapkan kekhawatirannya atas degradasi lingkungan yang semakin nyata di berbagai daerah di Jawa Barat. Menurutnya, kerusakan tersebut terjadi karena masyarakat semakin jauh dari nilai-nilai lokal, spiritualitas, dan filosofi hidup warisan leluhur Sunda.
“Mun urang geus leungit kana ajén kahirupan, ka alam jeung sasama, moal aya deui karapihan. Nu rugi urang sorangan jeung generasi ka hareup,” tambahnya.
Untuk itu, ia mengajak masyarakat kembali menghidupkan ajaran Pancaniti—sebuah konsep luhur warisan budaya Sunda sebagai panduan etika dan moral. Menurutnya, ajaran ini tetap relevan dan harus dihidupkan kembali agar jati diri Sunda tidak hilang di tengah modernisasi.
“Pancaniti téh moal lapuk ku jaman. Ieu ajaran kudu dihirupkeun deui, supaya urang Sunda henteu leungit jati dirina dina jaman modern ieu,” tegasnya.
Penampilan KDM bersama Ohang dan kawan-kawan melalui wayang golek ini menjadi kombinasi unik antara hiburan dan pendidikan budaya. Momen ini sukses mengundang gelak tawa sekaligus perenungan mendalam dari warga yang hadir.
Reporter: Rizky Prasetyo