Karawang,Onediginews.com – Marah, sedih, dan kecewa rasanya ketika mendengar bila ada guru yang dipersekusi, diintimidasi, atau diteror oleh orang tua murid yang merasa punya kelebihan harta dan kuasa. Itulah yang selalu dirasakan ketika marwah guru tercabik baik secara fisik maupun psikis. Pasalnya, Perundungan terhadap tulang punggung pendidikan ini makin hari makin menjadi.
Seperti halnya yang menimpa seorang guru Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Karawang. Yang diduga menerima perlakuan tidak manusiawi dari salah satu orangtua murid didiknya.
Kronologis kejadian tersebut berawal pada hari Selasa 7 November 2021, dimana EFM (28 thn) selaku korban, adalah guru yang mengajar murid kelas 3 di SDN Karawang Kulon 1, mendapat kritik dari wali murid yang berinisial Y.
“Nenek, ibu dan bapak dari wali murid yang berinisial I, Y dan A menemui saya di depan ruang guru, dengan disaksikan oleh beberapa orang guru, I mengatakan saya terlalu banyak memberikan tugas dan video pembelajaran yang memberatkan anak didik, walaupun tidak semua wali murid yang keberatan, sebagai bentuk tanggungjawab, akhirnya saya melakukan evaluasi dan mengubah metode pembelajaran dengan mengurangi tugas dan mengganti video pembelajaran dengan penjelasan materi melalui voice note, ” Ujar EFM. Senin, (8/11/2021).
Kemudian pada hari Selasa, (5/10/21), wali murid menuding EFM memukul D menggunakan pulpen. Kemudian, I dan Y menemui EFM dan melaporkan tindakan tersebut ke kepala sekolah SDN Karawang Kulon 1.
“Kejadian yang terus menekan psikis saya masih berlanjut, Y dan I selaku ibu dan nenek dari D menemui saya di depan ruang guru dan menuduh saya memukul anaknya, “jelasnya.
“Saya juga ditegur oleh kepala sekolah atas laporan dari orangtua tersebut. Dalam kesempatan itu saya memberi saran kepada kepala sekolah agar dipindahkan dari kelas yang saya ajar atau saya yang dipindahkan mengajar ke kelas lain, saya pun memberitahu kepada semua wali murid, apabila merasa tidak nyaman anaknya dididik oleh saya, boleh pindah ke kelas lain, “ujar EFM.
Namun sayangnya, sambung EFM, permintaan dirinya atau murid D yang dipindahkan ke kelas lain oleh kepala sekolah tidak digubris.
Diduga tidak puas mencaci EFM saat bertemu dan melapor ke kepala sekolah, dihari yang sama, pada pukul 11.42 WIB, Y selaku ibu dari murid menelepon dan melontarkan perkataan yang tidak pantas kepada EFM.
“Y mengeluarkan perkataan yang tidak pantas kepada saya, mengatakan saya brengsek, pengecut, “ucapnya.
Kemudian, EFM ditegur oleh kepala sekolah. Padahal, dirinya tidak pernah merasa memukul menggunakan pulpen ke murid tersebut
“Saya langsung menanyakan kepada murid sesi 1, saya pernah memukul D tidak? Anak murid saya menjawab tidak, saya pun meminta Y bertanya kepada orangtua murid yang lain, bagaimana saya saat mengajar di sekolah, “ujarnya.
Tuduhan berlanjut terhadap Y yang mengatakan bahwa saya memblokir nomor kontak dari whatssapp group kelas, faktanya adalah whatssapp group kelas dibuat agar hanya admin yang dapat mengirimkan pesan kedalam group whatssapp tersebut seperti menyampaikan materi dan tugas dari guru kepada murid.
“Memang pada awalnya semua member di group whatsapp kelas dapat mengirimkan pesan chat, kemudian group whatsapp kelas akhirnya diubah menjadi khusus admin saja yang dapat mengisi dan mengirim pesan, ” ungkapnya.
Namun keputusan tersebut malah berujung cacian terhadap EFM selaku pendidik dari salah satu wali murid D.
“Orangtua D sering menghubungi saya melalui telepon maupun pesan teks whatssapp dengan melontarkan caci maki dan semua perkataan tidak baik, karena saya merasa terganggu, saya blokir nomor kontak Y, ” imbuh EFM.
Perlakuan tidak menyenangkan terus diterima EFM selama ia mengajar di kelas tersebut dan sampai pada puncaknya, pada Senin, (25/10/2021, bahkan persoalan seperti saat Y tidak terima anaknya hanya diberi emotikon jempol. Padahal, pengakuan dari EFM emoticon tersebut hanya untuk memberikan apresiasi terhadap D yang telah menyelesaikan tugasnya.
“Tidak lama setelah kolom group whatssapp dibuka kembali untuk chat dua arah timbul masalah baru, dimana pada hari Sabtu, (23/102021) banyak wali murid yang mengirim hasil kegiatan anaknya yaitu kegiatan menggambar, karena penilaian dilakukan pada Selasa, (26/102021) saya memberi emotikon jempol dan tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi karena telah mengirim hasil kegiatan tersebut. Namun orangtua murid tersebut tidak terima malah mencaci saya lagi, ” ujarnya.
Tanpa disangka pada hari Senin, (25/10/2021), Wali murid D yaitu nenek berserta ibu dan ayahnya datang kembali dengan melontarkan ancaman kepada EFM saat dirinya sedang mendampingi siswa melaksanakan Assesment Kompetensi Minimum (AKM).
“Dia bilang gini Awas Eka ulah kamana-mana maneh (jangan kemana-mana kamu), urang nungguan nepi ka sore (saya tunggu kamu sampai sore), kaget atas ancaman tersebut, saya hanya meng-iyakan, lalu melanjutkan tugas mengajar menuju ruang komputer untuk mendampingi siswa melaksanakan Assesment Kompetensi Minimum (AKM),” jelasnya.
Sambung dalam cerita EFM, saat menunggu siswa yang sedang melaksanakan AKM, tiba-tiba wali murid tersebut datang menghampiri. Kemudian orangtua murid mencaci lagi di ruang simulasi.
“Saya langsung merekam kejadian tersebut, namun salah satu keluarga orangtua murid melihat saya merekam lalu mencoba merebut handphone saya, kemudian ingin merebut hp saya sampai pergelangan tangan saya sampai berbekas karena kerasnya genggaman I, kemudian kerudung saya ditarik oleh Y” ujar EFM.
Sontak kejadian tersebut membuat janin yang ada di kandungan EFM mengalami keguguran saat kejadian persekusi yang mengakibatkan EFM pingsan dan mengalami pendarahan yang begitu hebat.
Kejadian tersebut dibenarkan oleh suami korban, bukan hanya mengalami kekerasan fisik dan mental saja, EFM (28) pun harus kehilangan calon anak kedua mereka.
“Akibat psikis dan fisiknya terguncang, kami sampai harus kehilangan calon anak kedua kami, kini istri saya semakin terguncang di tengah malam selalu berteriak histeris karena mungkin trauma yang begitu mendalam” Ujar suami EFM(28)
Atas semua tindakan dan perlakuan yang dilakukan wali murid tersebut, EFM kemudian melaporkan kasus tersebut ke pihak yang berwajib.
“Sudah dilaporkan semua kejadian yang saya terima kepada pihak yang berwajib, semoga kasus ini bisa segera ditangani” tutupnya
Di waktu berbeda, Kasat Reskrim Polres Karawang Oliestha Ageng Wicaksana menyebut, kasus yang menimpa EM sedang dalam tahap penyelidikan. Laporannya baru diterima petugas pada Jumat lalu, (5/11).
“Nanti akan kami buatkan undangan untuk dimintai keterangan kepada para saksi,” ujar Oliestha. (Rls/Red)
[…] Nasib Seorang Tulang Punggung Pendidikan, Diduga Dipersekusi Orang Tua Murid Hingga Keguguran […]