KARAWANG | ONEDIGINEWS.COM | Penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan pemotongan yang diduga dilakukan oleh oknum aparatur desa dengan berbagai dalih.
Salah satu penerima bantuan sosial program pemerintah pusat di desa tersebut mengaku bantuan yang diberikan kemudian diminta kembali oleh oknum pegawai desa. Tak tanggung nominalnya Bahkan besarannya mencapai hingga 10 persen dari total bantuan yang diterima Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
“Kalau yang dapat bantuannya sebesar Rp 4 juta rupiah dipotong Rp 400 ribu, terus yang dapat sekitar Rp 2,5 juta rupiah juga dipotong, hampir sekitar 10 persen,” keluh salah seorang warga yang meminta agar identitasnya disembunyikan, Selasa (18/3/2025).
Ia mengungkapkan, modus praktek pemotongan yang dilakukan oleh oknum pegawai desa tersebut, dengan cara mendatangi langsung ke rumah -rumah penerima bantuan. Bahkan berdasarkan informasi yang diterima redaksi dari hasil uang yang dipungut tersebut kemudian dikumpulkan oleh seluruh oknum pegawai desa untuk disetorkan kepada pemerintahan desa (pemdes).
“Jadi dari setiap warga yang mendapatkan bantuan PKH dipotong sama oknum RT- nya masing-masing, lalu hasil potongan para RT yang ada di desa tersebut dikumpulkan dan menyetorkannya langsung ke desa,” ungkapnya.
Saat dikonfirmasi terkait adanya keluhan KPM didesanya, Kepala Desa Wancimekar, Dimyat, mengaku tidak tahu menahu adanya dugaan praktek pemotongan bantuan PKH oleh oknum aparatur desanya.
Dikatakannya, pemdes hanya memfasilitasi agar warga mudah mengakses bantuan.
“Belum tahu, jika memang ada oknum pegawai desa yang melakukan itu kedepannya akan kita evaluasi agar tidak terjadi lagi, kita tegur dan lakukan perbaikan,” tegas Dimyati.
“Saya juga selalu mewanti -wanti kepada aparatur desa kami, agar jangan sampai untuk meminta-minta apalagi sampai 10 persen, apalagi setoran seperti itu . Jangan sampainmarwah desa kami tercoreng hanya karena ulah oknum- oknum tidak bertanggumg jawab,” tandasnya.
Reporter : Nina Melani